Anak-Anak Indonesia Tersesatkan dengan Lagu-lagu

on

Rahasia kemerosotan moral, mental dan intelektual rakyat ternyata bukan sekadar karena kita dipecundangi Perusahaan Dagang Belanda selama 350 tahun, tapi juga disempurnakan pula oleh represi rezim Orde Baru melalui berbagai cara. Sejak usia dini kita sudah didoktrin dengan lagu2 yang tidak bermutu dan mengandung banyak kesalahan logika, mengajarkan kerancuan, dan menurunkan motivasi. Mari kita buktikan.

Judul: Aku Seorang Kapiten
Aku seorang kapiten
Mempunyai pedang panjang
Kalo berjalan prok-prok-prok
Aku seorang kapiten!”
Perhatikan, di bait pertama dia cerita tentang pedangnya. Tapi di bait kedua dia malah cerita tentang sepatunya. Ini tanda inkonsistensi. Seharusnya dia tetap konsisten, misalnya jika ingin cerita tentang sepatunya, seharusnya dia bernyanyi:
“Mempunyai sepatu baja (bukan pedang panjang)
Kalo berjalan prok-prok-prok”
Nah, itu baru klop!
Jika ingin cerita tentang pedangnya, harusnya dia bernyanyi:
“Mempunyai pedang panjang
Kalo berjalan ndul..gondal. .gandul.. atau srek.. srek..srek..”
itu baru sesuai dgn kondisi pedang panjangnya!
+++

Judul: Bangun Tidur
“Bangun tidur ku terus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Membersihkan tempat tidurku..”
Perhatikan setelah habis mandi langsung membersihkan tempat tidur. Lagu ini membuat anak-anak tidak bisa terprogram secara baik dalam menyelesaikan tugasnya dan selalu terburu-buru.
Sehabis mandi seharusnya si anak pakai baju dulu dan tidak langsung membersihkan tempat tidur dalam kondisi basah dan telanjang bulat!
+++
Judul: Ke Puncak Gunung
“Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi, tinggi sekali
Kiri kanan kulihat saja
Banyak pohon cemara”
Lagu ini dapat membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan
motivasi! Pada awal lagu terkesan semangat akan mendaki gunung yang tinggi.
Tetapi setelah melihat jalanan yg tajam mendaki lalu jadi bingung dan gak tau mau berbuat apa, bisanya cuma noleh ke kiri ke kanan aja, gak maju2!
+++
Judul: Naik Kereta Api
“Naik kereta api tut..tut..tut
Siapa hendak turut ke Bandung, Surabaya..
Bolehlah naik dengan naik percuma
Ayo kawanku, lekas naik.. keretaku tak berhenti lama”
Nah, yang begini ini parah! Mengajarkan anak-anak kalo sudah dewasa maunya
gratis melulu. Pantesan PJKA rugi terus! terutama jalur Jakarta-Malang dan Jakarta-Surabaya!
+++
Judul: Pohon Cempaka
“Di pucuk pohon cempaka
Burung kutilang berbunyi
Bersiul-siul sepanjang hari
Dengan tak jemu-jemu
Mengangguk-angguk sambil bernyanyi tri li li..li..li.. li..li..”
Ini juga menyesatkan dan tidak mengajarkan kepada anak2 akan realita yg
sebenarnya. Burung kutilang itu kalo nyanyi bunyinya cuit..cuit.. cuit !
kalo tri li li li li itu bunyi kalo yang nyanyi orang (catatan: acara lagu
anak2 dgn presenter Agnes Monica waktu dia masih kecil adalah tra la la tri
li li!), bukan burung!
+++
Judul: Belalang Kupu-kupu
“Pok amé amé, belalang kupu-kupu
Siang makan nasi, Kalau malam minum susu..”
Ini jelas lagu dewasa dan tidak konsumsi anak2! Karena yang disebutkan di atas
itu adalah kegiatan orang dewasa, bukan anak kecil.
Kalo anak kecil, karena belum boleh makan nasi, jadi gak pagi gak malem ya
minum susu!
+++

Judul: Nina Bobo
“Nina bobo nina bobo oh nina bobo
Kalau tidak bobo digigit nyamuk”
Menurut psikolog: Perkembangan jiwa anak-anak pasti tidak stabil karena sekian tahun anak2 Indonesia diajak tidur dengan lagu yg penuh nada mengancam. Wajarlah ketika besar, mereka cendrung jadi psikopat dan koruptor tanpa belas kasih
+++
Judul: Bintang Kecil
“Bintang kecil di langit yg biru…”
(Ini tidak ilmiah. Cenderung berbau mitos. Bintang itu hanya di malam hari. Memangnya warna langit di malam hari biru?)
+++
Judul: Ibu Kita Kartini
“Ibu kita Kartini…harum namanya”
(Namanya Kartini atau Harum? Ini penyesatan informasi, bisa berujung fitnah dan pencemaran nama baik. Itulah kenapa dunia ibu-ibu kita suka dengan gosip.)
+++
Judul: Naik Delman
“Pada hari minggu..naik delman istimewa kududuk di muka”
(Nah, gak sopan khan..masa duduk di muka?)
+++
Judul: Menanam Jagung
“Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung dikebun kita…”
(Kalo mau nanam jagung, ngapain dalam-dalam emangnya mau bikin sumur?)



0 komentar:

Posting Komentar